Selamat Datang Di Blognya Anak Poyowa Kecil

Blog ini menceritakan tentang kehidupan pribadi saya, dan juga kegiatan saya dan teman teman dipoyowa kecil. poyowa kecil adalah salah satu desa dikotamobagu. bila ada yg ingin menambahkan saya sebagai teman diFacebook langsung saja ketik agung.jejak@gmail.com.

Selasa, 26 Maret 2013

MASUK-NYA ISLAM DIBOLAANG MONGONDOW


Sebelum agama Islam masuk di Bolaang Mongondow tahun 1848 pada masa pemerintahan Raja Jacobus Manuel Manoppo maka di Kerajaan Bolaang Mongondow sudah ada agama Katolik. Bahkan sudah termasuk agama tua di Bolaang Mongondow karena Raja Loloda’ Mokoagow pada masa pemerintahannya tahun 1689 sudah memeluk agama katolik.

Akan tetapi setelah kekuasaan Raja Loloda’ Mokoagow menyebar sampai ke seluruh daerah Minahasa sekaligus mengangkat dirinya sebagai Raja Manado(1633-1655) maka Raja Kerajaan Bolaang Mongondow itu benar-benar berada dipuncak ketenaran dan kemasyhuran. Ia dikenal sebagai seorang yang berbakat tinggi dalam ilmu strategi dan unggul dalam bidang diplomasi sehingga Sultan Hairun dan sultan Baabullah dari Kesultanan Ternate mengikat perjanjian dengannya, bahkan raja-raja Ternate perhitungkan rasa hormat terhadap raja-raja Bolaang Mongondow sebagai asal keturunan mereka.
Tidak mengherankan terjalinnya hubungan yang intim antara Raja Loloda Mokoagow yang sudah memeluk agama Katolik menyatakan masuk agama Islam yaitu agama yang sudah mendarah daging di KEsultanan Ternate. Walaupun demikian keislaman yang dianut loloda mokoagow hanyalah formalitas belaka karena Loloda’ mokoagow masih lebih banyak dipengaruhi kepercayaan lama Bolaang Mongondow.

Demikian pula raja-raja berikutnya yang silih berganti tidak ada yang tertarik dengan agama Islam yang sudah dianut Raja Loloda Mokoagow karena semuanya memeluk agama Kristen Katolik.
Raja Loloda Mokoagow diganti Raja Jacobus Manoppo(1689-1731) yang sebelum naik takhta sudah memeluk agama Katolik. Secara estafet agama Katolik menjadi pula agama 9 raja yang silih berganti sesudah raja jacobus Manoppo.  Kesembilan raja itu masing-masing: Jacobus Manoppo, Fransiscus Manoppo, salomon Manoppo, Eugenus Manoppo, cristoffel Manoppo, Marcus Manoppo, Manuel Manoppo, Ismail Cornelis Manoppo dan Jacobus Manuel Manoppo.

Dalam kurun waktu setengah abad itu tidak Nampak perkembangan agama Islam yang pernah dianut Raja Loloda Mokoagow. Yang ada hanya agama Katolik dan kepercayaan lama. Oleh sebab itu kalau ada yang mengatakan bahwa agama Islam masuk di Bolaang Mongondow sejak masa pemerintahan Raja Loloda Mokoagow tahun 1653 sebagaimana yang dinyatakan beberapa penulis maka secara kenyataan sejarah memang tidak dapat dibantah tapi dalam hal masuk dan berkembangnya dalam arti sebenarnya belum dapat dijadikan pegangan bahwa tahun 1653 sebagai titik tolak masuknya agama Islam di Bolaang Mongondow. Apalagi pada saat Raja loloda Mokoagow masih menguasai daerah Minahasa dan Kota Manado yang hampir seluruhnya sudah memeluk agama Kristen.

Barulah pada masa pemerintahan Raja Jacobus Manuel Manoppo(1833-1858) maka dipedalaman Bolaang Mongondowsudah terbentuk semacam desa-desa tempat pemukiman yang rumah-rumah penduduknya sudah saling berdekatan yang disebut Lipung, seperti Lipung Kotobangon, Lipung Moyag, yang lama kelamaan menjadi Lipu’ atau desa/kampung.
Maka di lipung simboy tagadan sekarang kelurahan motoboi kecil kecamatan kotamobagu sudah ada sekelompok masyarakat yang memeluk agama Islam.
Konon pembawa pertama agama Islam keLipung Simboy Tagadan sekarang Kelurahan Motoboy Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan sudah ada sekelompok Masyarakat yang memeluk agama Islam.
Konon pembawa pertama agama Islam ke Lipung Simboy Tagadan itu adalah suatu tim dari daerah Gorontalo pimpinan Imam Tueko dimana dalam tim disebut tim 9 terdapat seorang yang bernama Datao yang segera melanjutkan penybaran agama Islam ke Lipung tetangga yaitu Lipung Linow yang sekarang bernama Kelurahan Molinow yang kemudian kawin dan memperoleh keturunan. Panggilan kepada Datao ini oleh masyarakat molinow lama-lama berubah menjadi Detu yang hingga kini merupakan satu marga besar di kelurahan itu. Dan seorang lagi bernama Eyato mendapat tugas menyebarkan agama Islam di Kotabunan, selanjutnya kawin dan memperoleh keturunan di wilayah itu.
Disamping itu terdapat pula seorang gadis cantik jelita putri kandung Imam Tueko yang fasih membaca ayat-ayat suci Al-Quran dan pandai melagukan zikir, barudah dan Qosidah dengan suaranya yang sangat merdu. Disamping itu terdapat pula seorang Ata (Budak) untuk dipersembahkan kepada Raja Bolaang Mongondow dan beberapa rebana dan kecapi sebagai alat pengiring lagu-lagu zikir, barudah dan Qosidah.

Pada suatu hari imam Tueko menghadap Raja melapor kedatangan mereka seraya mempersembahkan Ata (Budak) yang dibawa dari Gorontalo kemudian memohon kesediaan Raja Jacobus Manuel Manoppo kiranya menyaksikan pagelaran kesenian yang sudah dipersiapkan dengan matang.
Ketika menyaksikan pagelaran kesenian Islam itu raja Jacobus terguncang hatinya mendengar suara putri Imam Tueko yang bernama Kiling (Kilingo) yang begitu merdu dan mengharukan tatkala membacakan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai pembukaan pergelaran kesenian Islam yang terdiri; Zikir, Brajanji, Burudah dan Qosidah. Akhrnya Raja jatuh cinta kepada gadis Kiling sehingga sang raja  tak kuasa lagi membendung niatnya untuk melamar putri Killing  sebagai Permaisuri. Lamaran itu diterima ayahnya Imam Tueko dengan syarat Raja lebih dahulu masuk Islam. Persyaratan itu dipenuhi Raja dan saat itu juga Raja Jacobus Manuel Manoppo mengucapkan ‘dua kalimat syahadat’ sebagai bai’at atau pengakuan seorang yang masuk agama Islam.

Karena Raja telah berganti agama dari agama Kristen Katolik menjadi agama Islam maka ia segera berangkat ke Manado menghadap Residen untuk melapor diri bahwa ia sudah keluar dari agama Kristen Katolik dan masuk agama Islam. Ia menanyakan apakah Residen tidak keberatan jika orang-orang Kristen di Bolaang Mongondow beralih menjadi agama Islam. Dalam hubungan ini Residen menyatakan bahwa baginya Rakyat masuk agama Islam atau masuk agama Kristen sama saja, yang penting Raja dan Rakyat harus memperlihatkan kesetiaan kepada Ratu Belanda. Dan karena Raja sudah menjadi Islam maka Residen member I gelar Sultan dengan sebutan Sultan Jacobus.

Di sisi lain pada masa pemerintahan Raja Eugenius Manoppo (1767-1770) untuk kedua kalinya agama Islam masuk di Istana kerajaan di Desa-Desa Bolaang. Akan tetapi masuknya agama Islam di Istana Raja kali ini bukan untuk mengislamkan Raja yang telah memeluk agama Katolik, tetapi hanyalah akibat perkawinan seorang saudagar Bugis dari Sulawesi Selatan bernama Andi Latai dengan Putri Raja Eugenius Manoppo yang bernama Hotinimbang yang berparas cantik rupawan. Perkawinan itupun dapat terlaksana karena Andi Latai dapat memenuhi mas Kawin yang sangat mahal sebagai persyaratan yang di tetapkan Raja untuk  mengijinkan Putrinya Hotinimbang dinikahi secara agama Islam dan meninggalkan keyakinan dalam agama Katolik.

Sebenarnya kedatangan Andi Latai ke Sulawesi Utara adalah memimpin perahu bugis yang membawa barang-barang  dagangan tetapi dalam pertempuran melawan bajak laut yang cukup banyak, sehingga terpaksa Andi Latai barlabuh di Pantai Bolaang  dan memohon perlindungan Raja dan mendapat sambutan baik dari Istana. Pada saat itu diperairan Sulawesi dan Maluku banyak berkeliaran perampok-perampok (Bajak Laut) yang selalu mencari mangsa terutama saudagar-saudagar yang membawa barang-barang dagangan.

 Dalam kurun waktu antara masuknya agama Islam pada saat pemerintahan Eugenius Manoppo dan kebangkitan syiar Islam pada saat masa Pemerintahan Sultan Jacobus Manuel Manoppo (1830) selama 60 tahun maka pertumbuhan agama Islam di Bolaang Mongondow belum banyak mengalami kemajuan. Agama Isla baru terdapat di pesisir Pantai Utara dalam hal ini di Kecamatan Bolaang, sedangkan di dalam Istana Raja di Desa Bolaang terdapat dualisme karena Raja tetap patuh pada agama Kristen Katolik, namun tidak juga melarang anak mantunya Andi Latai untuk mengajar mengaji dan pengetahuan agama Islam terutama kepada Istrinya, anak-anak dan cucu-cucunya.

Walaupun demikian karena raja-raja yang silih berganti   mulai raja Cristofel Manoppo, Marcus Manoppo, Manuel Manoppo, Cornelius Manoppo dan Ismail Manoppo dalam kurun waktu 60 tahun semuanya memeluk agama Kristen Katolikdan menjadikanya sebagai agama kerajaan menyebabkan Andi Latai dalam Usahanya menyebarkan agama Islam hanya berbatas pada anak cucu. Untuk menghindari kemungkinan   perbedaan pendapat yang menajam dengan Raja yang  berkuasa,  maka Andi Latai kembali bolak-balik antara Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan membawa barang dagangan. Dan salah seorang cucunya yang dinilai pintar dan berbakat agama Islam adalah Andi Panungkelan untuk memperdalam ilmu agama Islam di Tanah Bugis.

Andi Panungkelan itu akhirnya menjadi seorang ulama besar yang ketika pada tahun 1878  dinobatkan sebagai raja Bolaang Mongondow dengan nama Resmi Abraham Sugeha. Selain jabatan sebagai Raja ia juga diangkat sebagai Imam besar Kerajaan Bolaang Mongondow karena pada masanya merupakan raja yang bukan diambil dari keluarga turunan Manoppo, maka Raja Abraham Sugeha disebut sebagai Datoe Pinonigad atau Raja Penyeling.

Beberapa pengamat sejarah berpendapat pemberian julukan Datoe Pinonigad itu hanya Taktis yang sengaja dihidup-hidupkan piihak tertentu agar keturunan Sugeha tidak ada yang berpikir menjadi putra Mahkota.sebab secara harfiah pengertian Datoe Pinonigad ialah Pejabat sementara. Dan adalah tidak masuk akal Raja Abraham Sugeha yang memerintah selama 15 tahun yaitu tahun 1878-1893 dengan memegang Surat Keputusan dari Residen di Manado tentang pengangkatannya sebagai raja kerajaan Bolaang Mongondow diberi julukan Raja sementara.


  

7 komentar:

  1. Menurut Dunnebier yang dikutif oleh Abo Daniel Lomban bahwa seseuai lieratur yang diaca oleh Dunnebier bahwa di Desa Wangga sudah ada Raja Bolaang Mongondow yang pertama memeluk Agama Islam, yaitu Loloda Mokoagow-Datu Binangkang Kolopita.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Boleh minta penjelasan dimana saja tokoh-tokoh penyebar islam di makamkan?

    BalasHapus
  4. Bismillah

    Tabe',Pak agung sugeha domisilinya dimana?

    Makasih

    BalasHapus
  5. Semoga Tuhan memberkati dan di mna kebenaran akan terbukti....

    BalasHapus
  6. Sebaiknya di kajo secara mendalam.....biar jelas... ini tidak ada kutipan minimal arsip belanda yg sesuai dengan masa itu. yg meyakinkan padahal sejarah adalah kejadian yg lampau...

    BalasHapus